• Bahasa SMS ‘4l4y’ versus EYD

    Sumber: Istimewa
       Pastinya Kawan BuKin sudah tidak asing dengan model tulisan yang mengkolaborasikan angka dan huruf yang sering ditemui pada SMS (Short Message Service) atau status di Facebook. Apalagi ditambah dengan singkatan-singkatan ajaib atau kata-kata yang niatnya ingin menunjukkan kalau orang yang menulis pesan itu adalah orang imut. Padahal kenyataannya tidak, tulisan semacam itu malah memberikan kesan kalau orang yang menulis itu adalah orang kampungan, norak, dan tidak berpendidikan. Ironisnya, kebanyakan orang yang menggunakan model tulisan seperti yang disebutkan di atas malah berasal dari kalangan pelajar tingkat SMP dan SMA.

       Sebenarnya apa ya, motivasi dari para pelajar yang senang menggunakan model tulisan yang sering membuat pembacanya memberikan penilaian negatif kepada penulisnya? “Supaya keren. Soalnya temen-temen aku juga seperti itu dalam membuat tulisannya. Jadi yah biar gaul, gitu.” kata Della, siswi dari salah satu SMA swasta di Jakarta. Ryan, siswa salah satu SMP Negeri di Jakarta  mengatakan, kalau tulisan seperti itu menunjukkan kreativitas dan tingkat ke-gaul-an dari si pengirim SMS atau pembuat status Facebook. Sementara Imah berpendapat lain. “Gue nggak sekreatif itu buat bikin tulisan yang banyak variasinya. Gue lebih sering menyingkatnya karena gue pake provider handphone yang tarif smsnya dihitung per karakter.”

       Tidak jarang, model tulisan ‘kreatif’ ala pelajar masa kini tersebut membuat gusar penerima SMS atau orang yang kebetulan membaca status Facebook karena menciptakan kebingungan, miss understanding, dan sebagainya. Yanti, ibu rumah tangga, mengatakan kalau model tulisan ‘kreatif’ menyulitkannya dalam mengerti isi SMS yang dikirimkan oleh anaknya. Sementara Felasia, mahasiswi jurusan sejarah Universitas Padjadjaran, memilih untuk tidak membaca SMS yang menggunakan model tulisan ‘kreatif’. “Biarin, deh, kalopun itu emang SMS penting. Gak bakal gue baca, males, daripada gue mabok abis baca SMS kayak gitu.” katanya.

        Sekarang ini di tengah kemajuan teknologi komunikasi yang berkembang dengan pesat, seharusnya bisa diimbangi dengan kemajuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Model tulisan yang oleh masyarakat kebanyakan sering disebut sebagai tulisan alay sudah pasti tidak sesuai dengan aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Tulisan SMS atau status Facebook merupakan lambang yang digunakan penulis untuk menyampaikan isi pernyataannya kepada orang yang membaca tulisannya, seharusnya jangan penulis saja yang dapat memahami tetapi pembacanya pun harus mengerti dan memahami tulisan tersebut. Namun belakangan ini yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Penggunaan tulisan alay dapat menciptakan miss understanding bahkan miss communication antara penulis dan pembaca SMS atau status Facebook karena ‘kreativitas’ si penulis yang berlebihan. Tulisan alay tersebut intinya membuat kesulitan untuk memahami isi pernyataan dari si pembuat SMS atau status. Padahal dengan adanya kemajuan teknologi di bidang komunikasi, manusia dapat dipermudah dalam hal penyampaian isi pernyataan. Tapi akibat munculnya trend penggunaan tulisan alay di kalangan pelajar sekarang ini, teknologi komunikasi akibatnya sangat melenceng dari tujuan awal dikembangkannya.

       Sesungguhnya pemahaman para pelajar terhadap Bahasa Indonesia yang baik dan EYD dapat mengurangi maraknya penggunaan tulisan alay. Pemahaman itu juga harus didukung oleh kurikulum yang juga memfokuskan pada penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Supaya pelajar sadar akan kekeliruan yang dilakukan dalam menulis SMS atau status di Facebook mereka. Jadi gk 4k4n ad tvlsn sPt !n! k3 dpnNya*. (BuKin/SFP)
    *gak akan ada tulisan seperti ini ke depannya.