• Manusia Akal Budi


    Berpikir. Disadari atau tidak, selalu dilakukan manusia setiap waktu. Dalam ilmu teater, olah pikir termasuk salah satu modal awal aktor untuk menjadi pemain yang baik. Adalah sebuah keharusan aktor dapat memahami, menyerap, menyajikan, dan menyimpulkan bagaimana sifat/karakter suatu peran yang dimainkannya. Karena seni peran yang baik tidak hanya meniru tapi juga meyakinkan. Mendalami suatu peran berarti menajamkan pikir pada detail–detail karakter demi membangun peran secara menyeluruh.

    Olah pikir, terasa juga manfaatnya untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Pikir yang sudah terolah akan dapat lebih peka merangsang suatu hal, membuat manusia dapat berpikir menggunakan dua sumber pengelolaan data dalam dirinya, yaitu otak dan nurani. Serta dapat dengan jelas membedakan mana yang subyektif (nurani, karena menyangkut perasaan) mana yang obyektif (otak, berdasarkan logika) dan mengklasifikasi penggunaannya. Kepekaan dan ketajaman itu menjadikan manusia tidak hanya melihat dari satu sisi tapi juga dari berbagai sisi. Melalui sudut pandang yang berbeda manusia akan melihat sisi yang sebelumnya tidak dapat dia lihat, dengan begitu membuat manusia akan lebih bijak menyikapi suatu hal. Jika dalam kehidupan bermasyarakat, lingkungan mempunyai individu–individu yang memiliki pola pikir yang berbeda- beda. Pikir yang selalu diasah akan dapat mendengar pendapat–pendapat dengan baik dan menyerapnya, kemudian menganalisis dan memahami lingkungan sekitarnya.

    Teater melatih manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Berpikir bijaksana, mampu mengontrol ego, memiliki kekuatan memaafkan, dll. Sebenarnya tidak sulit, hanya saja kadang manusia terlalu beku pikirannya, karena itu perlu diolah. Dunia ini panggung besar, terbuka dan terbentang luas untuk pikiran manusia. (BuKin/NTA)